Minggu, 24 Januari 2016

Terbentuknya Sangga Pattimura part 1



(gambar dari: profil.merdeka.com )


Selamat pagi/siang/sore/malam para fans (krik… krik… krik… krik…).

Pada kesempatn kali ini saya akan menceritakan asal-usul (bagaimana terbentuknya) Sangga Pattimura. Sangga Pattimura merupakan salah satu sangga yang ada di Gugus Depan 09127/09128 Pramuka SMA Negeri 2 Kuningan yang pastinya saya salah satu anggotanya (jika bukan anggotanya, untuk apa menulis postingan ini, hehe….). Berikut kisahnya!

Hari Jum’at, 31 Juli 2015 adalah hari pertama diadakannya kegiatan latihan Pramuka bagi siswa baru kelas X SMA Negeri 2 Kuningan. Beberapa hari sebelumnya, siswa kelas X diberi tahu mengenai ketentuan pakaian dan atribut serta peralatan apa saja yang harus dibawa. Untuk peralatan yang harus dibawa diantaranya tongkat,  buku tulis, pulpen, pia basah, air merput+pipet merput, dan keresek hitam. Untuk buku tulis diisi dengan nama, kelas, sangga, tri satya (memakai sandi rumput), dasa dharma (memakai sandi kotak 1), dan biografi sangga. Nah loh, sangga dan biografi sangga? Maksudnya apa? Setahu saya dari SD sampai SMP sangga di Pramuka itu nama-nama hewan(putra)/bunga(putri), masa kalau sangga kancil nanti menulis biografi kancil? (aneh sekali… pusing pala berbie… Abaikan!).

Laihan Pramuka dimulai jam satu siang. Jika ada bunyi sirine siswa kelas X harus segera berbaris dengan rapih di lapang. Sepulang jumaatan, saya dan teman-teman mempersiapkan diri dan sambil menunggu kakak bantara, kami saling mengobrol satu sama lain. Sedang asyik-asyiknya mengobrol di dalam kelas, tiba-tiba terdengar sirine berbunyi bagaikan suara petir yang menggelegar di keheningan malam, “ngiung… ngiung… ngiung…” (ya begitulah bunyinya). Siswa kelas X berhamburan ke luar kelas menuju lapangan dan berusaha dengan cepat berbaris dengan rapih. Salah seorang  kakak bantara terdengar sedang berhitung, “1, 2, 3, 4, 5, …” (lupa lagi mengitungnya sampai berapa). Mungkin karena kami baris terlalu lama, kakak bantara menasehati agar ke depannya lebih baik lagi. Semenjak itu saya trauma dengan bunyi sirine, baik sirine mobil ambulance ataupun sirine mobil polisi, tetap saja tersugesti kaget untuk segera berbaris (berlebihan... Abaikan!). Setelah itu diadakanlah apel siang (skip saja, seingat saya tidak ada yang aneh).

Setelah apel siang selesai, jika tidak salah (berarti benar) diadakanlah sebuah permainan. Ingin tahu permainan apa? (bersambung ke “Terbentuknya Sangga Pattimura part 2”)*


*Maaf sedang banyak tugas, akibatnya tulisannya terbatas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar