(gambar dari: )
Selamat pagi/siang/sore/malam para fans (krik… krik… krik…
krik…).
Pada kesempatn kali ini saya akan menceritakan
asal-usul (bagaimana terbentuknya) Sangga Pattimura. Sangga Pattimura merupakan
salah satu sangga yang ada di Gugus Depan 09127/09128 Pramuka SMA Negeri 2
Kuningan yang pastinya saya salah satu anggotanya (jika bukan anggotanya, untuk
apa menulis postingan ini, hehe….). Berikut kisahnya!
Hari Jum’at, 31 Juli 2015 adalah hari pertama
diadakannya kegiatan latihan Pramuka bagi siswa baru kelas X SMA Negeri 2
Kuningan. Beberapa hari sebelumnya, siswa kelas X diberi tahu mengenai
ketentuan pakaian dan atribut serta peralatan apa saja yang harus dibawa. Untuk
peralatan yang harus dibawa diantaranya tongkat, buku tulis, pulpen, pia basah, air merput+pipet
merput, dan keresek hitam. Untuk buku tulis diisi dengan nama, kelas, sangga,
tri satya (memakai sandi rumput), dasa dharma (memakai sandi kotak 1), dan biografi
sangga. Nah loh, sangga dan biografi sangga? Maksudnya apa? Setahu saya dari SD sampai SMP sangga
di Pramuka itu nama-nama hewan(putra)/bunga(putri), masa kalau sangga kancil
nanti menulis biografi kancil? (aneh sekali… pusing pala berbie… Abaikan!).
Laihan Pramuka dimulai jam satu siang. Jika ada bunyi
sirine siswa kelas X harus segera berbaris dengan rapih di lapang. Sepulang
jumaatan, saya dan teman-teman mempersiapkan diri dan sambil menunggu kakak
bantara, kami saling mengobrol satu sama lain. Sedang asyik-asyiknya mengobrol
di dalam kelas, tiba-tiba terdengar sirine berbunyi bagaikan suara petir yang
menggelegar di keheningan malam, “ngiung… ngiung… ngiung…” (ya begitulah
bunyinya). Siswa kelas X berhamburan ke luar kelas menuju lapangan dan berusaha
dengan cepat berbaris dengan rapih. Salah seorang kakak bantara terdengar sedang berhitung, “1,
2, 3, 4, 5, …” (lupa lagi mengitungnya sampai berapa). Mungkin karena kami
baris terlalu lama, kakak bantara menasehati agar ke depannya lebih baik lagi. Semenjak itu saya trauma dengan bunyi sirine, baik sirine mobil ambulance ataupun sirine mobil polisi, tetap saja tersugesti kaget untuk segera berbaris (berlebihan... Abaikan!). Setelah itu diadakanlah apel siang (skip saja, seingat saya tidak ada yang aneh).
Setelah apel siang selesai, jika tidak salah (berarti
benar) diadakanlah sebuah permainan. Ingin tahu permainan apa? (bersambung ke “Terbentuknya
Sangga Pattimura part 2”)*
*Maaf sedang banyak tugas, akibatnya tulisannya terbatas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar